Saturday, July 7, 2007

Character Building

A. MENGENALI DIRI

Mempelajari Ilmu Mengenal Diri

Untuk pengetahuan semua, yang di katakan "Diri" itu sebenarnya mendatang kemudian dari Roh, atau dengan lain perkataan "Diri" ialah perkembangan Roh di dalam jasad.

Ini membawa erti bahawa setelah Roh memasukki jasad, perkembangan nya yang berupa cahaya memenuhi seluruh dalaman jasad, dan ini lah dia "Diri" sebenar "Diri" dan "Diri" ini lah yang harus di kenal, bagaimana kah dia dan terdiri dari apa kah dia.

Perumpamaan yang mudah, ibaratkan satu bulb lampu di dalam bilik, bulb itu Roh dan cahaya yang menerangi bilik itu lah dia "Diri". Dan tentu nya cahaya tadi memenuhi ruang bilik tersebut dan bentuk cahaya itu pasti nya sama dengan bentuk bilik tersebut. Sekira nya ia empat segi nescaya cahaya tadi akan juga membentuk empat segi dan begitu lah sekiranya pada bentuk bentuk yang lain.

Jadi disini faham lah kita bahawa cahaya yang terhasil dari Roh tadi telah berkembang ke seluruh anggota dalam jasad kita hingga ia membentuk rupa dan keadaan yang sama dengan jasad cuma beza nya ialah jasad terdiri dari daging dan tulang dan Diri dari asalnya cahaya Roh. Cahaya ini berupa aliran letrik yang mengaliri di setiap urat dan saraf jasad kasar kita ini.

Untuk mengenalnya kita harus lah lahirkan cahaya diri ini keluar kerana batas nya dengan dunia luar hanyalah kulit kita ini.

Bagaimana harus melahirkan nya dan merasakan akan aliran cahaya itu di setiap bahagian tubuh kita.

Pada dasarnya ada 3 cara ia nya lahir:

1. Terlahir dengan sendirinya, (selalunya pada mereka yang mengamalkan zikir yang berterusan)

2. Mencuba melahirkan nya sendiri

3. Dilahirkan oleh Guru atau mereka mereka yang telah banyak pengalaman.

Melahirkan nya bermakna melahirkan cahaya itu keluar dari dalam jasad kita sendiri dan kita akan dapat merasakan nya, dengan nya akan lahir nya cahaya itu. (Ini perkara benar yang tidak dapat dinafikan oleh mereka mereka yang telah di bukakan Diri mereka itu)

Apabila terbuka Diri sebenar Diri ini maka akan ternyatalah akan rahsia Dia dan dia lah akan kita kemukakan dalam apa juga tindakan dan perbuatan, dia tahu kerana dia datang dari yang Maha Tahu, Dia kuat kerana Dia datang dari yang Maha Kuat, Beriman dengan Iman yang tidak Goyah, dll.............

BEBAS TETAPI TIDAK LEPAS

MENGENAL DIRI MENGENAL ALLAH

Untuk memahami dan mendalami Ilmu ini harus lah berguru, dan disini saya menerangkan nya secara kasar sahaja dan tujuan saya iklas untuk memberitahu bahawa ilmu ini ialah salah satu cabang ilmu yang perlu di ketahui dan di kaji untuk memperkuatkan keimanan kita dan juga dapat mengelakkan kita dari terjerumus kedalam kesesatan aqidah dan dapat meletak ALLAH sebagai tempat pengharapan dalam segala tindak tanduk kita. Dan ini lah salah satu jalan untuk mencari keredhaan ALLAH.

Disamping itu kita juga boleh mempergunakan akan kelebihan ilmu yang ada pada diri kita ini untuk bermacam macam tujuan dalam mengharunggi kehidupan di dunia yang penuh dengan ujian dan dugaan ini. Memperkuatkan ketabahan kita dalam hidup ini.

Ia nya mempunyai banyak kelebihan kelebihan dan salah satu dari kelebihan ilmu ini ialah insyaallah dapat menolong orang lain dalam mengatasi masaalah mereka. Terutama dalam bidang Perubatan.

Bagaimana Mengenal Diri Sendiri

Tiada Orang Yang Mengenal Diri Anda Kecuali Anda sendiri !

Apabila Anda melihat ke dalam diri dan mencari kerjaya yang sesuai, sebenarnya anda mencari identiti sebenar diri anda sendiri. Cuba renungkan sejenak tentang perkara berikut :

§ Apa yang anda suka buat?

§ Apa yang perlu anda lakukan?

§ Apa yang penting buat anda ?

§ Kemahiran apa yang anda ada ?

§ Apakah tahap pendidikan anda ?

§ Latihan apa yang telah anda jalani ?

§ Pengalaman apa yang anda ada ?

§ Apakah perkara yang boleh mendorong anda ?

§ Bagaimana sikap anda terhadap diri sendiri dan orang lain ?

Teknik membuat perancangan kerjaya terdapat 4 langkah :

§ Mengenal Diri Sendiri

§ Meneroka Pilihan

§ Membuat Keputusan

§ Mengambil Tindakan

Ingat, pilihan tepat , kerjaya manfaat, hidup berkat.

Menerka Pilihan

Jenis Personaliti

Realistik - kerja menggunakan tangan, fizikal, tumbuhan, mesin dan haiwan.Mempunyai keupayaan mekanikal

Investigatif - melakukan ujikaji, analisis, interpretasi data, suka mempelajari untuk menyelesaikan masalah.

Artistik - melakukan kerja dengan daya kreativiti dan daya imaginasi yang tinggi.Berbakat seni, memperkenalkan sesuatu yang baru.

Sosial - melakukan kerja yang berhadapan dengan orang lain untuk memaklum, membantu, melatih atau memulihkan.

Keusahawanan - melakukan kerja berhadapan dengan ramai orang, memujuk, mempengaruhi dan pengurusan kewangan (mengurus, mengarah, perhubungan )

Konvensional - Melakukan kerja yang berkaitan dengan data/butir-butir.Berkebolehan dalam perkeranian dan kerja yang bersistematik.

7 LANGKAH UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN

  1. Kenal pasti keputusan yang anda perlu buat ( seperti memilih laluan untuk kerjaya, memilih kursus, memilih institut )
  2. Tulis senarai semua pilihan yang mungkin menarik perhatian anda.
  3. Dapatkan semua maklumat tentang setiap pilihan anda.
  4. Pertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap pilihan.
  5. Buat satu pilihan.
  6. Rancang bagimana keputusan itu dapat dijalankan.
  7. Buat tindakan sewajarnya.

B. BAKAT DIRI

Bagaimana mengenali bakat diri

Setiap orang adalah individu yang unik. Setiap orang juga bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk menemukan misi hidupnya masing-masing. Agar kita bisa berkontribusi maksimal, tentunya akan sangat baik bila kita bekerja di bidang yang paling sesuai dengan keunikan kita. Ibaratnya bisa menjadi ikan dalam air, atau burung di udara.

Mengenali bakat merupakan hal yang gampang-gampang susah. Kenalkah Anda dengan JK Rowling? Itu loh, penulis Harry Potter yang buku terakhirnya terjual 8.9 juta hanya dalam waktu semalam di Amerika dan Inggris saja. Semula dia kerja sebagai pelayan toko. Hidupnya susah karena pendapatan yang pas-pasan. Tak disangka dia ternyata berbakat mendongeng. Setiap malam dia mendongeng kepada anaknya, yang kemudian oleh anaknya diceritakan kembali kepada teman-temannya. Tak disangka, dari sanalah muncul motivasi menulis buku fiksi Harry Potter yang ternyata sukses luar biasa di pasaran.

Bagaimana kita bisa mengenali bakat kita sendiri?

Berikut ini empat hal yang bisa dijadikan dugaan awal terhadap apa bakat kita, yaitu : reaksi spontan, tanda masa kecil, cepat belajar, dan kepuasan.

Reaksi spontan

Langkah pertama mengenali bakat adalah memperhatikan reaksi spontan kita terhadap situasi yang muncul. MIsalnya Anda sedang berjalan-jalan di keramaian. Tiba-tiba ada teriakan keras, “Copeet…!” Apa reaksi Anda? Lari mengejar copet? Menghibur korban? Berdiri mematung menganalisa situasi? Bertanya-tanya ke beberapa orang, membuat konfirmasi atas kejadian sebenarnya? Semua itu adalah pilihan yang mungkin diambil. Manakah pilihan spontan Anda? Kalau Anda langsung bertindak, berarti Anda orang yang praktis dan desisif (membuat keputusan cepat). Pada satu situasi yang mendesak bakat mental seperti ini sangat berguna, karena Anda segera bertindak. Pada situasi yang lain, bakat ini justru merugikan, misalnya karena tidak melakukan konfirmasi maka bisa terjebak pada kesalahan penilaian. Bukankah bisa saja yang teriak “copeet..” itu ternyata adalah temannya si copet yang mengalihkan perhatian? Bisa saja ada orang lain yang kemudian menjadi salah sasaran Anda gebukin padahal dialah korban copet yang sesungguhnya.

Yang penting adalah, mengenali reaksi spontan kita. Apakah kita orang praktis? Apakah kita orang analitis? Apakah kita orang yang waspada (sehingga melakukan konfirmasi lebih dahulu)?

Contoh lain, misalnya Anda diajak datang ke sebuah pesta. Apakah Anda akan langsung berbaur dan mengobrol dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru Anda kenal? Ataukah Anda mengambil segelas minuman, lalu berdiri di pojok mengamati orang-orang lain? Atau Anda sibuk dengan ponsel Anda sendiri kirim-kirim SMS ke orang lain dan tidak peduli dengan pesta? Hal ini menunjukkan apakah pribadi Anda introvert (cenderung ke dalam) atau extrovert (cenderung ke luar).

Semua reaksi spontan Anda menunjukkan bakat mental yang sering disebut kepribadian.

Tanda masa kecil

Tanda masa kecil (yearnings) menunjukkan apa bakat natural Anda. Von Neumann, lahir di Hungaria tahun 1903, adalah perumus dasar-dasar komputer. Pada usia 6 tahun telah mampu menghitung pembagian 8 angka hanya di kepala. Pada usia 8 tahun dia sudah belajar kalkulus. Dia juga punya ingatan fotografik, cukup membaca sekilas buku telepon, dia bisa mengingatnya kembali dengan persis. Von Neumann menjadi peletak dasar-dasar komputer. Dia juga arsitek yang merancang bom atom Fat man, yang dijatuhkan di Nagasaki oleh tentara sekutu.

Anna Mary Robertson Moses lahir di pertanian dekat New York. Sejak kecil dia senang mencampur warna, dan membuat sketsa indah dari berbagai buah-buahan. Namun kehidupan pertanian membuatnya tak lagi melukis hingga 40 tahun lamanya. Pada usia 78 tahun barulah dia memiliki waktunya untuk melukis. Selama 23 tahun kemudian hingga saat kematiannya, Moses melukis ribuan karya, dan kemudian terkenal sebagai artis lukis Grandma Moses.

Apa ciri bakat kita saat masa kecil? Pada bidang apa karya Anda masa kecil diakui oleh lingkungan?

Cepat belajar

Cepat belajar (rapid learning/ fast learning) merupakan tanda bahwa Anda berbakat pada bidang tersebut. Terkadang kita sendiri tidak tahu, sampai suatu ketika mendapat kesempatan mempelajari hal baru, dan… blam! rasanya begitu mudah menguasainya.

Henri Matisse tidak pernah menyentuh kuas hingga usia 21 tahun. Pekerjaan sehari-hari adalah klerk seorang pengacara. Sampai suatu ketika dia sakit flu berat, sehingga harus istirahat di tempat tidur. Ibunya berusaha mencarikan kegiatan pengisi waktu. Saat itulah ibunya memberikan seperangkat kuas dan cat. Empat tahun berikutnya dia diterima sebagai mahasiswa berbakat di sekolah seni Paris.

JK Rowling, penulis Harry Potter, juga tidak menyadari punya bakat mendongeng hingga teman-teman anaknya menyatakan begitu menariknya kisah Harry Potter. Kini dia wanita kedua terkaya di Inggris, kalah hanya oleh Ratu Elizabeth.

Jim Clark, seorang dosen yang jenius namun hidupnya kacau balau hingga 2 kali perkawinannya hancur. Lulus SMA dia melamar sebagai tentara Navy. Prestasinya sebagai kelasi begitu buruk sehingga sering dibilang bodoh oleh para atasannya. Sampai suatu ketika salah seorang instrukturnya bilang sebaiknya dia kuliah saja, karena tampaknya dia punya bakat matematika. Dan benar, dia meraih PhD di Computer Science! Setelah itu dia menjadi dosen. namun kebiasaan buruknya yang sering mengabaikan keluarga membuatnya bercerai. Tahun 1978 dia juga dipecat dari New York Institute of technology karena membangkang. Tak dijelaskan bagaimana, dia bergabung ke Stanford University. Pada usia 38 tahun, Clark yang menderita depresi berat, tiba-tiba menemukan pencerahan. Ternyata kehidupan kacaunya itu dikarenakan dia terlalu kreatif sehingga selalu mencari hal baru. Clark terlalu banyak ide. Sejak itu dia mendirikan perusahaan bernilai milyaran dolar, mulai dari Silicon Graphic Inc. (SGI), Netscape (pembuat browser internet), hingga Healtheon (perusahaan medical di internet) yang semuanya sukses besar jual saham dalam IPO. Bakat Jim Clark adalah ide dan visinya.

Tentunya Anda juga ingat dengan Kolonel Sanders. Dia memulai bisnis ayam goreng di usia 66 tahun. Ternyata bisnis restoran adalah hal yang menarik dan mudah dia pelajari.

Kalau ada bidang yang Anda begitu cepat menguasainya, mungkin di situlah bakat Anda.

Kepuasan

Ciri-ciri kita berada di jalur yang benar adalah kalau kita merasa puas dengan apa yang kita lakukan. Orang-orang yang sukses di berbagai bidang menunjukkan kepuasan terhadap pekerjaan mereka, baik pekerjaan itu menghasilkan banyak uang maupun tidak. Kalau Anda senang melihat orang lain tumbuh karena bimbingan kita, maka Anda berbakat menajdi pembina/pendidik. Kalau Anda puas dengan menciptakan hal baru, yang unik dan beda, mungkin Anda berbakat menjadi kreator. Kalau Anda puas bisa traveling ke berbagai penjuru dunia, mungkin Anda berbakat menjadi explorer, seperti Marco Polo dan Ibnu Batutah.

Seringkali yang membuat puas bukanlah sesuatu yang tampak secara fisik. Anda mungkin dosen, yang kadang suka kadang tidak dengan pekerjaan Anda. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata Anda malas mengajar, tapi selalu tertarik dengan berita-berita riset terbaru. Jadi sebenarnya bakat Anda ada di riset, jadi bisa berada dimana saja, misalnya bergabung dengan grup riset di perusahaan besar. Seingat saya, Bondan Winarno adalah seorang pegawai maskapai penerbangan (atau di sekitar itu) yang melakukan banyak perjalanan ke luar negeri. Namun dia lebih dikenal sebagai kolumnis di majalah, yang menceritakan banyak pengalamannya saat pergi ke berbagai negara. Ternyata hobi dia yang lain adalah makanan (kuliner), bukan sebagai pembuat tapi sebagai penikmat makanan. Sekarang dia mengasuh rubrik kuliner di salah satu stasiun TV. Mungkin dia memang berbakat menjadi seorang explorer.

Apa saja yang membuat Anda puas?

Apapun kondisi dan pekerjaan Anda sekarang, tidak ada salahnya untuk terus mencari bakat terbaik kita. Kadang memang kita sendiri, entah kenapa, tidak peka dengan panggilan bakat kita. Tugas kita menemukannya, sampai kapanpun itu akan ditemukan. Seperti kata bijak dari timur, ” Setiap diri kita ini mempunyai misi, tugas kita adalah menemukan dan menjalaninya.”.

Antara Minat dan Bakat

“Pak, saya itu ingin jadi musisi. Bagaimana menurut bapak, apa yang perlu saya lakukan?” tanya seorang pelajar SMA 4 Bogor. Waktu itu ada seminar SEPIA yang membahas tentang perkembangan teknologi di masa mendatang, dan pentingnya mengembangkan 5 kecerdasan.

“Sekarang coba saja dik, membuat sebuah lagu. Coba buat yang sebaik-baiknya. Kalau memang bisa, berarti kamu berbakat di bidang musik,” demikian saran saya kepada pelajar tersebut.

Peter Pan nyanyi, sukses. Samsons nyanyi, sukses juga. Ribuan anak muda lainnya punya mimpi yang sama, merintis karir di jalur musik, dan meraih sukses di masa depan. Ribuan anak muda punya mimpi, ribuan anak muda mungkin berujung kecewa.

Jangan gitu dong pak, jangan ngecilin hati dong…., begitu mungkin yang terbetik dalam pikiran para anak muda.

Minat dan bakat memang sesuatu yang berbeda. Berminat belum tentu berbakat.Ibaratnya, banyak orang sangat berminat dengan sepakbola (lihat saja sekarang sedang populer main futsal di mal, atau GOR). Namun apakah kalau kita sangat berminat berarti juga berbakat? Ya jelas beda. Berminat tak ada kaitannya dengan bakat. Banyak yang minat sepakbola, namun tak sampai sepersersatus bakat David Beckham. Sama saja, banyak yang berminat dengan musik, bahkan tergila-gila dengan musik, dan tak satupun karya lagu yang bisa dia telorkan. Minat berbeda dengan bakat.

Sebaliknya yang berbakat sering tak berminat. Yang punya sense tinggi untuk membuat komposisi indah dalam memotret, tak berminat buka studio foto. Yang berbakat tinggi dalam matematika, tak berminat menjadi peneliti. Yang berbakat menulis, mungkin tak berminat mengirim tulisan ke koran atau majalah. Yang berbakat tak berminat, yang berminat tak berbakat. Dunia memang sering terbalik-balik.

Namun minat itu sangat penting dalam dunia pekerjaan. Seorang anak muda yang hobi banget musik, mungkin memang tidak perlu jadi musisi atau penyanyi. Dia bisa bekerja di toko kaset, dan bisa menjadi sales yang bagus karena bisa memberikan rekomendasi musik kepada pelanggan. Atau dia bisa bekerja di event organizer, menyelenggarakan konser musik dimana dia bisa ikut turut menikmatinya. Atau menjadi kritikus musik, menjadi penyiar radio (bagian milih lagu), dan sebagainya. Yang jelas, hobi musik jangan terus diartikan akan sukses sebagai musisi, tapi memang bisa meraih sukses di bisnis sekitar musik. Kerja yang paling menyenangkan itu bila melakukan sesuatu di sekitar apa yang kita sukai. Jelek-jeleknya kalau hobi musik tapi bikin lagu nggak bisa, mau nyanyi suara serak kering, wajah tidak menjual, ya tetap bisa ikutan jualan tiket pertunjukan musik. Lumayan kan?

Seorang teman yang hobi mobil berhasil menyelenggarakan event modifikasi audio mobil, padahal dia sebenarnya sarjana teknik yang tidak terkait dengan mobil maupun audio. Dia sukses menggalang sponsor. Seorang lain, yang hobi balap motor, sukses berjualan jaket dan asesoris pembalap. Ada banyak bisnis di sekitar apa yang kita minati. Boleh jadi memang jualan tiket pertunjukan musik itu adalah peluang emas yang paling cocok bagi Anda yang tergila-gila dengan musik tapi tidak juga berhasil menelorkan sebuah lagu pun.

Perhatikan minat Anda, perhatikan bakat Anda. Kemudian, carilah peluang yang sesuai bakat Anda di sekitar minat Anda itu.

C. KECERDASAN EMOSI & KINERJA PEMIMPIN.

Agar sukses dalam memimpin, ternyata tidak cukup hanya cerdas pikiran saja. Dari pengamatan saya, orang-orang yang karirnya sukses, ternyata bukan orang yang paling cerdas. Ada orang yang demikian pandai, namun begitu ia bicara, ia malah selalu menyerang pendapat orang lain. Ketika selesai berbicara dengan orang itu, energi mereka sering terkuras habis. Karirnya tidaklah berkembang pesat. Sebaliknya, ada orang yang peduli, baik, pandai memperhatikan perasaan orang lain, dan orang inilah yang ternyata karirnya berkembang cepat.

Apakah ada faktor lain selain kepintaran otak tadi? Ada, yaitu kecerdasan emosi. Kepintaran ini adalah kemampuan seseorang dalam memonitor perasaan dan emosinya baik pada dirinya maupun orang lain. Ia akan mampu membedakan dua hal itu, dan kemudian menggunakan informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakannya (Salovey & Mayer, 1990).

Penelitian demi penelitian tentang kecerdasan emosi dipicu oleh karya seminal Goleman di tahun 1989. Secara konsep, kepintaran jenis ini mampu melengkapi pikiran. Sebelum dituangkan oleh Goleman, orang menyangka bahwa faktor kesuksesan dalam bekerja lebih banyak ditentukan oleh pikiran semata.

Melalui pengamatan yang mendalam, kecakapan ini ternyata mampu mendukung kinerja melalui dimensi penilaian diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keahlian sosial.

Penilaian diri yang akurat ini mendorong timbulnya semangat juang, pandangan jauh, mempertinggi tujuan hidup seseorang, dan mampu memberikan arah dan arti dalam kehidupan ini (Sosik & Megerian, 1999).

Pengaturan diri, yang dinamakan dengan pengelolaan keadaan dan impuls internal, akan memicu perasaan positif, dan di saat yang sama dapat menekan perasaan negative (Tesser, 1986).

Dari obrolan orang di kantor hingga berbagai literatur populer, menganggap bahwa kecerdasan emosi ini mempunyai kaitan langsung dengan keunggulan organisasi, komitmen karyawan, dan kepemimpinan transformasional. Adanya janji seperti itu jelas amat menggairahkan para pemimpin bisnis. Namun Murensky (2000), Druskat (2002) hanya menemukan kaitan yang tipis antara kecerdasan jenis ini dan keseluruhan kinerja organisasi.

Hal ini memang mudah dipahami. Mengapa? Karena untuk mengukur kinerja organisasi dibutuhkan lebih banyak alat ukurnya, termasuk kinerja keuangan, kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan dan sebagainya.

Apalagi, kecerdasan ini merupakan gabungan dari 27 kompetensi di mana masing-masing kompetensi itu belum pernah diukur tersendiri peranannya dalam meningkatkan kinerja yang unggul.

Goleman pun menyadari hal itu. Ia mampu mendemonstrasikan bahwa kecerdasan emosi ini bisa meningkatkan kinerja, namun perannya itu harus melalui kecakapan emosi. Tapi, kecakapan emosi itu juga tidak berperan sendirian. Kecakapan emosi mampu mempengaruhi kinerja sejalan dengan iklim organisasi dan juga tuntutan kerja yang dianggap moderat oleh karyawan.

Nilai-nilai (values) pribadi seseorang, termasuk kecerdasan emosi, akan menjelma menjadi adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Pada gilirannya, adaptasi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya akan berpengaruh pada kinerjanya. Tapi, adaptasi dan perilaku seseorang itu amat tergantung kepada kecocokan antara nilai-nilai pribadi orang itu dengan norma-norma organisasi.

Contoh, seorang karyawan yang jujur. Sepanjang hidupnya orang itu berusaha sekuatnya untuk jujur. Ketika ia bekerja di perusahaan yang menghalalkan segala cara, jelas kejujuran itu menemui benturan yang berat. Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi yang ditandai oleh empati dan kesadaran diri, akan menemukan ekspresi yang pas ketika ia bekerja di perusahaan yang iklim perusahaan memang mendukung nilai-nilai moral.

Ketika kadar kesesuaiannya rendah, yang akan terjadi adalah, mungkin orang itu akan mengubah nilai-nilai yang selama ini dipegangnya. Atau, malah akan terjadi konflik antara dirinya dan perusahaan, atau yang terakhir, ia akan pergi meninggalkan perusahaan itu.

Seperti uraian di atas, Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosi merupakan landasan dari kecakapan emosi, di mana kecakapan emosi ini merupakan penyebab terjadinya peningkatan kinerja. Kecerdasan ini akan mempertinggi potensi karyawan dalam belajar, sedangkan kecakapan emosi akan menjadikan potensi itu menjadi keahlian dalam menjalankan tugas.

Kecerdasan emosi ini, yang merupakan sifat pribadi, hanya menunjukkan bahwa karyawan memiliki kemampuan untuk belajar meningkatkan kompetensinya. Memiliki kemampuan semacam ini baru berarti banyak jika kecerdasan itu sudah diterapkan dalam bentuk keterampilan atau keahlian.

Goleman memberi analogi tentang pelatihan menyanyi. Ada orang yang modal suaranya bagus. Namun jika orang itu tidak memperoleh pelatihan yang memadai untuk menjadi penyanyi, maka orang itu tidak akan pernah menjadi penyanyi terkenal.

Kecerdasan ini jika dipadu dengan kecerdasan sosial lain (termasuk kecakapan emosi) akan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan lain dan mampu menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di perusahaan.

Apa kesimpulan dari tulisan ini? Kecerdasan emosi ternyata baru berupa semacam bakat alam, walau bisa dipelajari, dan yang penting harus diujudkan dalam kecakapan emosi. Ketika sudah berujud kecakapan emosi, seperti kemampuan untuk tetap termotivasi walau banyak mengalami kegagalan dan penolakan, baru akan terwujud kinerja yang sering didengung-dengungkan oleh para pakar.

D. KEKUATAN & KELEMAHAN

Fokus pada kekuatan, dan mengelola kelemahan

Seberapa beda kita dengan simpanse? Sangat sedikit, cuma 2,7% !

Riset atas genom menunjukkan bahwa perbedaan genetik antara manusia dan monyet sangatlah tipis. (Sehingga ada yang menyimpulkan bahwa manusia satu nenek moyang dengan monyet. Wah, ngawur tuh! kalau seperti itu, tentu kita bisa disebut satu keturunan dengan rumput, karena sama-sama tersusun dari atom karbon. hehe.)

Di situlah justru yang menarik. Perbedaan kecil bisa berakibat perbedaan yang besar! Anda dan saya hampir seluruhnya sama. Hanya ada sedikit sekali perbedaan kecil genetik, dan akibatnya adalah perbedaan yang sangat besar antara saya dan Anda sebagai individu. Kita masing-masing unik secara individu.

Secara alamiah kita sebagai manusia belajar dari meniru manusia lain. Termasuk untuk mencapai sukses. Yang sering kita abaikan adalah bahwa setiap diri kita itu unik. Jadi jalan mencapai sukses setiap orang adalah unik. Karena itu kita perlu mencari cara kita yang paling alamiah untuk bekerja, berusaha, dan bertindak mencapai sukses.

Sebuah buku berjudul Now, Discover Your Strengths karya Marcus Buckingham berisi tentang riset organisasi Gallup terhadap orang-orang yang top di bidangnya selama 3 dekade menyimpulkan bahwa seharusnya setiap orang berfokus pada kekuatan talentanya masing-masing. Riset gallup menyimpulkan adanya 34 tema talenta. Mereka mengembangkan metode untuk menyingkap kekuatan seseorang dengan kuesioner berisi 180 pertanyaan. dari kuesioner tersebut akan teridentifikasi 5 talenta utama seseorang.

StrengthFinder, nama metode dan tool yang dikembangkan, telah diaplikasikan di Greenville College, Amerika. Hasilnya menakjubkan. Daripada berusaha membuat semua orang mempunyai kompetensi standar, konsep StrengthFinder ini menekankan setiap orang untuk tampil unik memanfaatkan talentanya masing-masing dan kemudian bersinergi dengan orang yang lain untuk membentuk tim kerja yang baik.

Konsep StrngthFinder ini sama dengan konsep yang dipakai Sepia Modus, sebuah tool yang ditujukan untuk mengenali kekuatan diri, berfokus mengembangkan apa yang kuat secara alami, dan mengelola kelemahan sampai batas secukupnya.

Dulu semua anak dituntut untuk pintar matematika. Sekarang pun masih, sehingga banyak orang tua khawatir dengan lemahnya kemampuan matematika anaknya. Padahal kalau anak tersebut kelak mungkin jadi diplomat, maka semua kesusahan matematika itu akhirnya kurang berguna! Ada banyak profesi yang menuntut matematika cukup dengan tingkat aljabar 1+1=2. Daripada membuang banyak waktu untuk memaksa anak belajar matematika (yang membuatnya frustasi), mengapa tidak melihat keunggulan dia dalam segi bahasa misalnya, atau fisik (kinestetik), atau musikal?

StrengthFinder menekankan pentingnya setiap orang melihat keunikan dirinya, dan meraih sukses melalui jalur paling alami yang dia miliki.

Kami sangat setuju konsep ini, karena itu kami kembangkan SEPIA Modus. Anda setuju juga?

Manajemen Harapan

Tempat Pendaftaran Calon Prajurit TNI

Begitu bunyi spanduk di pinggir jalan menuju tol Baros Cimahi. Banyak anak muda sedang duduk di lapangan, tampaknya sedang mengikuti proses seleksi.

Ada yang pingin jadi tentara, ada yang ngotot pingin jadi pegawai negeri sipil (PNS), ada yang pingin jadi pegawai bank, ada yang pingin jadi pramugari, ada yang ngebet ingin jadi artis dan berharap lolos Indonesian Idol, ada yang memilih masuk perusahaan multinasional, ada juga yang memilih kerja di ITB misalnya, walaupun antrian menjadi dosen sekarang semakin panjang dan makin tak pasti. Apa sih yang membuat mereka itu mau bertahan dengan kondisinya sekarang, yang seringkali perjuangannya tampak (dan mungkin memang) tidak enak?

Harapan.

Semua punya harapan untuk mencapai cita-cita dengan jalan yang dipilihnya. Semua punya keyakinan masing-masing bahwa jalan yang dipilih tersebut akan mampu membawanya meraih cita-cita tersebut.

Harapan…?

Apa sih yang membuat seseorang menempuh sesaknya bis di pagi dan sore hari? Apa sih yang menyebabkan orang bertahan dengan menempuh pendidikan sekolah yang panjang dan melelahkan? Apa sih yang membuat seseorang mampu bertahan dalam mengarungi kehidupan ini? Harapan. Bagaimana kalau ternyata harapan itu tak juga terwujud? Bagaimana bila semua yang dilakukan itu akhirnya sia-sia? Bagaimana kalau keindahan di ujung perjalanan yang diidamkan ternyata tak seindah yang dibayangkan? Dan itu sering terjadi. Sering apa yang kita harapkan tak terjadi seperti yang kita inginkan.

Itulah pentingnya manajemen harapan.

Sebuah perusahaan tiba-tiba kehilangan suasana kerja yang bergairah. Apakah bisnis sedang lesu? Terkadang situasi bisnis justru sedang marak, namun perusahaan tersebut sering kalah dalam kompetisi. Akibatnya kegagalan berulang-ulang yang dialami perusahaan itu telah membuat karyawan kehilangan harapan. Tampaknya perusahaan mau bangkrut nih, pikir mereka. Moral bekerja pun merosot tajam.

Di sinilah peran pemimpin dibutuhkan. Apa sih salah satu tugas pemimpin itu? Memberikan dorongan motivasi. Caranya? Ceritakanlah sebuah harapan. Ceritakan bahwa kondisi yang sekarang ini bisa berubah. Banyak orang lain mengalami hal yang sama, dan banyak yang ternyata bisa meraih perubahan. Seringkali sang pemimpin itupun sudah kehilangan harapan. Kalau terjadi seperti ini memang keadaan menjadi semakin sulit.

Di perempatan jalan, seringkali saya memilih membeli makanan dari pedagang asongan daripada memberi uang kepada pengemis. Bukan berarti mengemis itu salah (situasinya cukup kompleks sehingga saya merasa tak layak untuk menghakimi), namun memberi kesan bahwa mengemis itu lebih mudah sukses daripada berjualan tentu bukan hal yang bijaksana. Saya membeli koran, kerupuk, atau kacang, untuk memberikan harapan kepada penjualnya bahwa jalan yang ia tempuh tersebut bisa memberikan hasil.

Berkali-kali saya mencoba usaha. Lebih sering gagal daripada berhasil. Namun saya akan terus mencoba dan mencobanya. Mengapa? Untuk terus memberikan harapan baru. Dengan berusaha, terciptalah sebuah peluang untuk berhasil. Walaupun peluang itu kecil, harapan yang muncul akan memberikan energi motivasi baru. Berdiam diri jelas tidak membuka peluang baru, dengan demikian harapan hanya akan tetap atau malahan menyusut.

Ada juga manajemen harapan yang sudah baku di perusahaan, yaitu kenaikan karir dan gaji. Sebenarnya dengan sebuah jalur karir yang jelas akan memberikan harapan baru tiap kali seseorang naik karir. Ada target baru, ada harapan baru akan hasil yang lebih baik. Itulah mengapa perusahaan tanpa perencanaan karir (career plan) akan mengalami kesulitan dalam memotivasi karyawan. Biasanya diganti dengan rencana kenaikan penghasilan, baik gaji maupun bonus.

Salah satu hal penting dalam manajemen harapan adalah merumuskan multi tujuan untuk sebuah aktivitas. Misalnya, tujuan bekerja di sebuah perusahaan adalah untuk mendapat penghasilan yang cukup besar, sekaligus untuk meniti jenjang karir, sekaligus untuk bisa keliling dunia, sekaligus juga untuk ibadah, dll. Dengan membuat multi tujuan ini kita akan lebih berpeluang meraih sukses dan terjaga dari frustasi karena kegagalan. Sebagian tujuan mungkin gagal, sebagian yang lain bisa tercapai.

Seorang pemimpin harus bisa memberikan harapan kepada anak buahnya. Kita semua ini pun sebenarnya adalah pemimpin, baik untuk diri kita sendiri, keluarga, maupun orang yang menggantungkan nasibnya kepada kita. Kita semua ini perlu terus menciptakan harapan. Paling tidak, untuk diri kita sendiri.

Memberi Apresiasi sebelum berhasil


The Gift of the Goose If you wait for final results before patting people on the back, you might wait forever.

Dalam buku Guang Ho!, Ken Blanchard - penulis One Minute manager - menyampaikan 3 rahasia untuk membuat organisasi menjadi solid.

Rahasia pertama adalah memberikan visi kepada tim bahwa apa yang dilakukan mereka sangatlah bernilai. Ini dia sebut sebagai the Spirit of the Squirrel (semangat si Tupai). Rahasia kedua adalah membuat setiap orang tahu tanggungjawabnya masing-masing dan mengemban tanggung jawab sebaik-baiknya sesuai kemampuan, dengan caranya masing-masing. (konsep ini mirip dengan apa yang disebut Jim Collins dalam buku Good to Great sebagai orang tepat yang ’self-managed’). Ken menyebutnya the Way of the Beaver (cara si Beaver).

Rahasia ke-tiga adalah budaya saling memberi semangat yang diilhami perilaku angsa-angsa. Ken menyebutnya The Gift Of The Goost. Kuncinya adalah terus mempertahankan antusiasme tim dengan memberikan apresiasi kepada kelompok terhadap prestasi baik besar maupun kecil. Lebih jauh lagi konsep ini bahkan menekankan pemberian apresiasi kepada tim walaupun belum mencapai hasil. Pernahkah Anda melihat sekelompok angsa (atau bangau kalau di tempat kita) yang terbang dalam formasi V dan selalu berkaok-kaok? Ya, mereka saling berkaok-kaok untuk memberi semangat satu sama lain.

Saya kira Anda juga pernah melihat pertandingan sepakbola di mana dukungan supporter mampu meingkatkan moral pemain. Kita lihat hal yang sama saat tim bulutangkis kita main di All England, juga kita lihat di liga Softball Amerika, dan yang paling kentara adalah cheer leader di pertandingan basket NBA. Sumbangsih para supporter ini luar biasa besar bagi pemain (bayangkan apa jadinya pertandingan dengan penonton yang pasif duduk manis melihat pertandingan… ). Mereka memberi semangat terutama ketika timnya tertinggal dari lawan. Coba kalau mereka memberi semangat hanya kalau tim nya sudah menang, tentu yang terjadi justru timnya tidak menang. Berikan semangat kapan saja, baik sebelum maupun setelah prestasi tercapai.

Seringkali karena kita terlalu banyak prestasi maka kita menjadi kurang peka terhadap prestasi-prestasi kecil. Saat SMA dulu, kebetulan SMA saya (SMA 1 Jogja) adalah sekolah penuh prestasi dan sering menjadi yang terbaik di berbagai bidang. Setiap kali upacara bendera hari senin, sangat sering diumumkan prestasi terbaru yang kami raih. Waktu itu saya perhatikan bahwa para siswa memberikan applaus yang meriah bila kami meraih juara 1 (terbaik). Sayangnya applaus tersebut sangat kurang bila juara 2 dan seterusnya. Saya kira hal positif dari budaya tersebut adalah dorongan untuk selalu menjadi yang terbaik (juara 1) seperti yang diterapkan Jack Welch di GE (menjadi no 1 atau no 2. kalau tidak, lebih baik tutup saja!). Tentu ini positif. Namun di sisi lain, budaya ini menunjukkan kurangnya apresiasi terhadap prestasi-prestasi kecil, yang sesungguhnya adalah awal dari munculnya prestasi-prestasi besar. Jadi, idealnya, kita selalu memberikan applaus yang meriah terhadap semua prestasi, dan spesial untuk juara terbaik kita berikan lebih meriah lagi!

Kami selalu menjadi yang terbaik dalam disiplin pemasukan nilai akademik yang disebut DNA (Daftar Nilai Akademik) selama bertahun-tahun. Telah menjadi rahasia umum bahwa banyak dosen terlambat dalam mengoreksi ujian dan mengeluarkan nilai bagi mahasiswa. Akibatnya ITB membuat lomba memasukkan nilai DNA tepat waktu, dan memberi bonus kepada jurusan yang berhasil. Jurusan kami selalu menjadi juara pertama selama tahun-tahun awal program ini dijalankan. Jurusan lain yang kemudian mengikuti jejak kami adalah Teknik Fisika di masa Pak Kusmayanto Kadiman (waktu itu ketua jurusan, lalu menjadi rektor ITB, dan sekarang Menristek). Teknik Fisika membuat jargon :”Beat PN!” yang artinya kalahkan PN (kode jurusan kami) dalam lomba memasukkan DNA. Semester ini Teknik Penerbangan dan Teknik Fisika kembali sama-sama juara, dengan memasukkan DNA tepat waktu. Apa rahasia di balik prestasi bertahun-tahun kami tersebut? Setiap kali DNA selesai dimasukkan 100% ke administrasi ITB, kami selalu mengucapkan satu sama lain : Selamat!!! Sebuah papan monitor DNA (berupa kertas dengan informasi nilai yang sudah masuk) kami tempeli tulisan ucapan selamat bila semua DNA telah masuk. Papan ini cukup besar dan diletakkan di dekat pintu ruang makan. Besar atau kecil sebuah prestasi, kami akan tetap memberikan ucapan : Selamat!

E. KESIMPULAN

Character Building merupakan salah satu teknik bagaimana membangun, menggali, atau mencari potensi yang ada pada diri kita dan mengintegrasikanya kepada sesama. Kita sangat perlu menggalakanya karena sebagian besar orang lebih berfokus pada teknik untuk memintarkan diri secara teori yakni pelajaran yang bersifat melatih otak kiri tanpa mau mengetahui potensi dari dirinya. Character building sangat bermanfaat dan mendukung dalam hal bagaimana mengenali diri? Bagaimana mamahami diri? Bagaimana berhubungan dengan sesama? Dan bagaiman menjalin hubungan dengan Tuhan YME serta lebih banyak lagi manfaat yang mungkin didapat secara tidak langsung. Makalah ini disusun dari berbagai referensi dari internet dan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing. Pepatah mengatakan “TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK” maka bila mungkin dalam penulisan makalah ini ada kesalahan maka mohon disempurnakan.

**********

Labels: